KONSEP MANAJEMEN PEMASARAN


Beberapa ahli memberikan bermacam-macam definisi tentang pemasaran antara lain Stanton (1995). Ia mengatakan bahwa pemasaran meliputi keseluruhan sistem yang berhubungan dengan kegiatan-kegiatan usaha, yang bertujuan merencankan, menentukan harga, hingga mempromosikan dan mendistrubusikan barang-barang atau jasa yang akan memuaskan kebutuhan pembeli, baik yang aktual maupun yang potensial.
Jangkauan pemasaran sangat luas, berbagai tahap kegiatan harus dilalui oleh barang dan jasa sebelum sampai ketangan konsumen, sehingga ruang lingkuo kegiatan yang luas itu disederhanakan menjadi 4 (empat) kebijaksanaan pemasaran yang lazim disebut sebagai bauran pemasaran (marketing mix) atau 4P dalam pemasaran yang terdiri dari 4 (empat) komponen, yaitu produk (product), harga (price), distribusi (place) dan promosi (promotion). Masing-masing penjelasannya dipaparkan sebagai berukit ini.

1.Kebijakan Produk
Produk adalah suatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk mendapatkan perhatian, untuk dibeli, digunakan atau dikonsumsi yang dapat memenuhi suatu keinginan atau kebutuhan. Yang termasuk dalam produk selain berbentuk fisik juga jasa atau layanan. Produk dapat dibeda-bedakan atau diklasifikasikan kedalam beberapa macam. Misalnya, barang. Ia dapat dibedakan menjadi barang konsumsi, yaitu barang yang dibeli oleh konsumen akhir untuk dikonsumsi dan barang industri, yaitu barang yang dibeli untuk diolah kembali.
Pengembangan sebuah produk mengharuskan perusahaan menetapkan manfaat-manfaat apa yang akan diberikan oleh produk itu. Manfaat-manfaat ini dikomunikasikan dan hendaknya dipenuhi oleh atribut produk. Untuk produk barang , misalnya dalam bentuk seperti mutu, cirri dan desain. Mutu produk menunjukkan kemampuan sebuah produk untuk menjalankan fungsinya, cirri produk merupakan sarana kompetitif untuk membedakan produk perusahaan dengan produksi pesaing, sedangkan desain dapat menyumbangkan kegunaan atau manfaat produk serta coraknya. Jadi, produk barang tidak hanya penampilan yang diperhatikan, tetapi juga hendaknya ia merupakan produk simpel, aman, tidak mahal, sederhana dan ekonomis dalam proses produksi dan distribusinya.

2.Kebijakan Harga
Harga adalah sejumlah nilai yang ditukarkan konsumen dengan manfaat dari memiliki atau menggunakan produk atau jasa yang nilainya ditetapkan oleh pembeli dan penjual melalui tawar-menawar, atau ditetapkan oleh penjual untuk satu harga yang sama terhadap semua pembeli. Penetapan harga dan persaingan harga telah dinilai sebagai masalah utama yang dihadapi perusahaan. Namun, banyak perusahaan yang tidak menangani harga dengan baik. Keputusan-keputusan memngenai harga dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu faktor internal perusahaan dan faktor lingkungan eksternal. Dalam hal faktor internal, keputusan harga disesuaikan dengan sasaran pemasaran, misalnya sasaran adalah untuk bertahan hidup, memaksimalkan laba jangka pendek, memaksimalkan pangsa pasar atau kepemimpinan mutu produk. Keputusan harga disesuaikan dengan strategi “marketing mix”-nya, dimana manajemen harus mempertimbangkan “marketing mix” sebagai satu keseluruhan. Jika produk diposisikan atas dasar faktor-faktor bukan harga, maka keputusan-keputusan mengenai mutu, promosi dan distribusi akan mempengaruhi harga, tetapi sebaliknya, jika harga merupakan sebuah faktor dalam penentuan posisi, maka harga akan sangat mempengaruhi keputusan-keputusan mengenai unsur-unsur “marketing mix” lainnya. Dalam kebanyakan kasus, perusahaan akan mempertimbangkan semua keputusan “marketing mix” secara bersama-sama saat mengembangkan program pemasarannya. Keputusan harga didasarkan pada pertimbangan organisasi, pada perusahaan kecil sering terjadi bahwa manajemen puncak yang menetapkan harga sedangkan pada perusahaan besar sering diserahkan pada manajer divisi. Dalam industri dimana penetapan harga merupakan faktor kunci, misalnya PT. IPTN dan PT. PAL yang masing-masing memproduksi pesawat terbang dan kapal laut, biasanya perusahaan membentuk sebuah tim yang bertugas untuk menetapkan harga pokok. Dalam hal faktor eksternal, dapat dijelaskan sebagai berikut : pasar dan permintaan konsumen merupakan plafon harga (harga tertinggi). Konsumen akan membandingkan harga suatu produk atau jasa dengan manfaat yang dimilikinya. Oleh karenanya sebelum menetapkan harga, harus dipahami dulu hubungan antara harga dan permintaan terhadap produk atau jasa tersebut baik untuk jenis pasar yang berbeda maupun persepsi konsumennya, lalu dianalisis dengan metode-metode yang sesuai. Harga dan tawaran pesaing perlu diketahui untuk menentukan harga serta reaksi mereka setelah keputusan harga diberlakukan. Faktor-faktor eksternal lainnya yaitu kondisi ekonomi seperti tingkat inflasi, biaya bunga, resesi, “booming” dan keputusan-keputusan pemerintah dapat mempengaruhi keefektifan strategi penetapan harga.

3.Kebijakan Distribusi
Sebagian besar produsen menggunakan perantra pemasarn untuk memasarkan produk. Khususnya barang dengan cara membangun suatu saluran distribusi, yaitu sekelompok organisasi yang salin tergantung dalam keterlibatan mereka pada proses yang memungkinkan suatu produk atau jasa tersedia bagi penggunaan atau konsumsi oleh konsumen atau pengguna industrial.
Saluran distribusi ini membentuk tingkatan saluran untuk menentukan panjangnya saluran distribusi. Saluran tingkat 0, tidak mempunyai perantara, jadi langsungdari produsen ke konsumen. Saluran tingkat 1, mempunyai satu tingkat pedagang perantara, seperti pengecer. Saluran tingkat 2, mempunyai dua tingkat pedagang perantara, misalnya grosir lalu ke pengecer dan yang terakhir yaitu saluran tingkat 3, saluran ini mempunyai tiga tingkat pedagang perantara, seperti “jobber “ yang berada diantara grosir dan pengecer.
Dalam hal kebijakan distribusi, desain saluran perlu ditetapkan. Didalam mendesain suatu sistem saluran memerlukan analisis kebutuhan layanan konsumen, penetapan sasaran dan kendala-kendala saluran, pengidentifikasian alternative-alternatif saluran yang utama serta mengevaluasinya. Selanjutnya, perlu ditetapkan sasaran dan kendala saluran. Aetelah perusahaan menetapkan sasaran yang hendak dicapai oleh salurannya, selanjutnya ia harus mengidentifikasi alternative-alternatif utama salurannya yang berhubungan dengan jenis perantara, jumlah perantara dan tanggung jawab anggota saluran. Jenis perantara : maksudnya mencari jenis perantara yang sesuai dengan produk untuk dapat menjual atau mendekatkannya pada konsumen. Jumlah perantara :maksudnya perusahaan harus memutuskan banyaknya pedagang perantara dari tiap tingkat yan menurutnya paling efektif. Tanggung jawab anggota saluran : maksudnya produsen dan perantara harus sepakat mengenai syarat-syarat dan tanggung jawab masing-masing anggota saluran, misalnya mengenai harga, hak wilayah dan layanan khusus. Setelah mengidentifikasi beberapa alternatif saluran dan akan memilih salah satunya, perusahaan harus mengevaluasi berdasarkan criteria ekonomi, pengendalian dan adaptif. Kriteria ekonomi : maksudnya memilih alternative berdasarkan keuntungan bersih yang dihasilkan setelah mengurangi pendapatan penjualan yang dilakukan oleh saluran dengan semua biaya yang dikeluarkan. Kriteria pengendalian : maksudnya pemilihan saluran yang problem pengendalian menjadi hal yang utama. Mungkin perusahaan memilih pedagang perantara yanag lebih mudah dikendalikan. Kriteria adaptif : maksudnya perusahaan dapat menyalurkan produknya ke saluran-saluran itu dalam waktu yang berjangka lama atau berjangka pendek.

4. Kebijakan promosi
Pemasaran tidak hanya membicarakan mengenai produk, harga produk dan mendistribusikan produk, tetapi juga mengkomunikasikan produk ini kepada masyarakat agar produk itu dikenal dan ujung-ujungnya dibeli. Untuk mengkomunikasikan produk ini perlu disusun suatu strategi yang sering disebut dengan strategi Bauran Promosi (Promotion-Mix) yang terdiri dari 4 (empat) komponen utama, yaitu periklanan (advertising), promosi penjualan (sales promotion), hubungan masyarakat (public relations) dan penjualan perorangan (personal selling). Periklanan : merupakan tiap-tiap bentuk penyajian dan promosi bukan pribadi yang dibayar, mengenai gagasan, barang atau jasa oleh sponsor yang teridentifikasi. Promosi penjualan : adalah intensif jangka pendek untuk meningkatkan pembelian atau penjualan suatu produk atau jasa dimana pembelian diharapkan sekarang juga. Kegiatan promosi yang termasuk ke dalam promosi penjualan ini seperti misalnya pemberin kupon, obral, kontes, pameran dan lain-lain. Hubungan masyarakat: bertujuan membangun hubungan yang baik dengan public perusahaan dengan menghasilkan publisitas yang menyenangkan, menumbuhkembangkan suatu “citra perusahaan” yang baik, menangani atau melenyapkan suatu desas-desus, ceritera, dan peristiwa yang tidak menyenangkan. Humas atau PR merupakan sebuah konsep yang menggunakan banyak sarana seperti : siaran pers, publisitas produk, komunikasi perusahaan, lobbying dan penyuluhan. Penjualan perorangan: manajeman armada-penjual (para wiraniaga) adalah analisis,perencanaan, implementasi dan pengendalian atas kegiatan para wiraniaga. Didalamnya termasuk menetapkan sasaran, strategi armada penjual: merekrut, menyeleksi, melatih, mensupervisi serta mengevaluasi armada penjual perusahaan. Pada bagian ini ada dua hal penting yang perlu dijelaskan, yaitu mengenai langkah-langkah proses penjualan perorangan serta menilai kinerja para wiraniaganya.

Budaya Starbucks

Budaya merupakan suatu perilaku yang diciptakan oleh pendiri yang menganjurkan seseorang untuk mengenal mereka dan kemudian memasukan kepercayaan,nilai dan asumsi-asumsi pendiri kepada orang lain selain itu pendiri juga mengdoktrinasi dan mensosialisasikan pemikiran dan perasaan mereka kepada orang lain.
Budaya terbentuk oleh 5 unsur yaitu :
1. Lingkungan usaha
2. Nilai-nilai
3. Pahlawan
4. Ritual
5. Jaringan budaya

Budaya organisasi adalah suatu sistem makna bersama yang dianut oleh para anggota yang membedakan suatu organisasi dengan organisasi lainnya.
Karakteristik budaya organisasi
1. Inovasi dan pengambilan resiko
2. Perhatian secara rinci
3. Orientasi hasil
4. Orientasi orang
5. Orientasi hasil
6. Keagresifan
7. Stabilitas
Contoh budaya organisasi starbucks
Perusahaan starbucks memiliki budaya organisasi yang unik yaitu mereka memberikan ucapan selamat datang kepada para pengunjung, selalu memberikan senyuman setiap melayani konsumen dan ucapan terima kasih kepada para pengunujung karena telah datang.Hal ini dilakukan karena starbucks ingin memberikan rasa nyaman kepada para pelanggan supaya betah dan mau datang lagi ke starbucks.
Perusahaan starbucks memilki program pelatihan kepada para karyawannya karena starbucks menginginkan setiap karyawan memilki kualitas yang bagus, dengan kualitas yang baik yang dimiliki oleh setiap karyawan maka akan memberikan dampak yang bagus untuk perusahaan.Maka dari itu perusahaan starbucks mengadakan program pelatihan kepada para karyawannya dibandingkan membuat iklan yang biayanya cukup besar karena menurut mereka kualitas karyawan lebih penting daripada iklan.

5 prinsip kunci kepemimpinan yang digunakan oleh starbucks :
1. Lakukan dengan cara anda
Maksudnya setiap karyawan bebas mengekspresikan apa yang mereka pikirkan yaitu menservis karyawan dengan caranya sendiri.

2. Semuanya penting
Maksudnya semua hal-hal kecil harus diperhatikan karena sesuatu yang kecil dapat menimbulkan kebaikan apabila kita memperhatikannya dan akan menjadi buruk apabila diabaikan.

3. Kejutan dan kebahagiaan
Maksudnya starbucks memberikan segelas calm tea secara gratis kepada pelanggan setiap tanggal 15 april.Hal ini membuat pelanggan mersa senang dan nyaman setiap datang ke starbucks.

4. Terbuka terhadap kritik
Maksudnya starbucks menerima setiap kritik yang diberikan kepadanya karena hal ini dijadikan sebagai pembelajaran buat kedepan yang lebih baik.

5. Keterlibatan sosial
Maksudnya jika ingin memulai usaha mulailah dengan terlibat dengan aksi sosial karena dengan ini kita akan mempunyai banyak teman yang akan menjadi patner dalam bisnis.

5 prinsip inilah yang di pegang teguh oleh starbucks sehingga mereka dapat bertahan sampai sekarang dan memilki outlet-outlet diseluruh dunia.

Dampak dari prinsip-prinsip ini melampaui Starbucks cerita dan menawarkan semua pemimpin kesempatan untuk sangat memperkaya tempat kerja mereka. Mereka menunjukkan bagaimana semangat kewirausahaan dan keterampilan kepemimpinan yang luar biasa dapat mengangkat suatu produk atau pelayanan dan bahkan mengubah cara di mana bahwa produk atau layanan yang diberikan. Pedoman ini memungkinkan kita masing-masing untuk memperbaiki tempat kerja kita, baik dengan mengembangkan menarik produk baru, membuka pasar baru, atau hanya memperhatikan aspek bisnis kami bahwa kami siap dapat meningkatkan.
Dalam semangat Starbucks, prinsip-prinsip ini mendorong kita untuk mendengarkan dan menanggapi dengan kesadaran yang lebih besar kesempatan. Mereka mengingatkan kita semua-kau, aku, petugas kebersihan, dan CEO-bahwa kita bertanggung jawab untuk melepaskan gairah yang riak keluar dari balik layar, melalui pengalaman pelanggan, dan akhirnya ke masyarakat kita. Mari kita lihat lebih dekat masing-masing prinsip dengan mata untuk bagaimana mereka bekerja di dalam Starbucks dan bagaimana kita dapat memanfaatkan kekuatan transformasional mereka.

Perilaku Politik di Tempat Kerja

Politik di tempat kerja? Apakah artinya ada kegiatan partai politik? Bukan itu yang dimaksud. Bukan bicara urusan sistem pemerintahan dan kenegaraan yang ada pengaruhnya terhadap perusahaan. Dan juga bukan bicara sistem kekuasaan parlemen. Politik disini (tempat kerja) lebih pada bagaimana kekuasaan bisa diraih oleh individu tertentu lewat penanaman pengaruh di kalangan kolega atau karyawan. Kekuasaan dimaksud seperti dalam hal memiliki dan mempertahankan posisi tertentu, mengatur suatu kebijakan normatif dan operasional, dan kekuasaan untuk melakukan hubungan vertikal dengan bos. Biasanya kekuasaan dikejar untuk memperoleh legitimasi kepemimpinan formal. Bawahan dikondisikan untuk menghormatinya. Namun tanpa disadari oleh sang “politikus”, setiap orang sebenarnya hanya menghormati dia karena jabatan bukan karena integritas kepribadian kepemimpinan yang tinggi.
Mereka yang terlibat dalam kancah ”politik” tersebut sering dikelompokkan sebagai orang yang dalam bekerjanya mengandalkan pada kekuatan kekuasaan (politik). Namun ketika kekuasaannya bisa diraih maka belum tentu mau berhubungan dengan para pendukungnya. Dengan kata lain lupa dan melupakan. Orang seperti ini bersifat plin-plan, oportunis, mengerjakan sesuatu yang menguntungkan dirinya, dan kurang mempertimbangkan kepentingan lingkungan kerja, teman-teman sejawat, karyawan, dan juga perusahaan. Lalu apa bedanya dengan orang yang bukan ”politikus” yakni yang lebih tekun pada proses produksi?
Menurut John C.Maxwell (The 360 degree Leader; 2005), orang-orang yang mengandalkan pada pertumbuhan produksi dicirikan oleh kebergantungan pada bagaimana mereka berkembang; fokus pada apa yang mereka kerjakan; senang menjadi karyawan yang berkinerja dengan lebih baik ketimbang pada tampilan; mengerjakan hal-hal yang pokok; bekerja untuk pengabdian; berkembang secara bertahap; dan keputusan berbasis prinsip-prinsip tertentu. Sementara, mereka yang tergolong orang-orang ”politikus” dicirikan oleh; kebergantungan pada siapa yang mereka tahu tentang dirinya; fokus pada apa yang mereka katakan; tampilan dinilai lebih hebat ketimbang kinerja; mengerjakan sesuatu untuk meraih popularitas; berharap untuk diberikan posisi yang lebih tinggi secara instan walau di luar kompetensinya; dan keputusan yang diambil berbasis pada opini.
Dalam prakteknya ada orang-orang tertentu yang begitu bergantung pada sang atasan. Biasanya mereka tergolong pada posisi lingkaran dalam. Semacam klik orang-orang dekat dengan atasan. Setiap individu dalam lingkungan ini cenderung berkarakter penjilat. Bahkan siap untuk membela mati-matian kebijakan sang atasan. Kalau perlu jadi ”tukang pukul”. Tentunya karena sifatnya yang oportunis, mereka berharap mendapat imbalan posisi tertentu. Kalau dipenuhi atasan mereka tentunya semakin gembira dan bersifat angkuh. Tetapi dalam prakteknya bisa jadi muncul fenomena yang berlawanan. Mereka akan dendam kesumat ketika mereka tidak mendapat posisi yang dikehendaki. Padahal selama itu mereka sudah berupaya selalu dekat dengan atasan. Nah, ketika itulah yang dilakukan sebagian dari mereka yang bernasib ”runyam” akan menjelek-jelekan atasan mereka. Bertebaranlah gosip kemana-mana untuk menunjukan kejengkelan pada sang bos. Lalu apa yang perlu dilakukan agar lingkungan kerja yang nyaman tidak terganggu?
Politik di perusahaan tidak mungkin dihilangkan. Sejauh tiap manusia memiliki ambisi pada kekuasaan maka disitu nempel sifat untuk mencari dukungan pengaruh. Karena itu yang bisa dilakukan adalah meminimumkan pengaruh politik terhadap lingkungan kerja. Pemimpin perusahaan, dalam hal ini manajemen puncak harus terus melakukan sosialisasi dan internalisasi tentang budaya korporat dimana didalamnya antara lain ada sistim nilai kerjasama, integritas kepribadian, efisiensi, kegigihan, akuntabilitas, dan keterbukaan.
Dalam kasus tersebut di atas, memang terjadi karena adanya kekuasaan legitimasi. Yang muncul karena adanya struktur organisasi. Dimana bawahan di kondisikan untuk menghormati atasannya. Namun sebenarnya kehormatan yang dilakukan tersebut semata- mata hanya karena jabatan bukan karena integritas kepribadian kepemimpinan yang tinggi. Para bawahan sering membela atasannya hanya karena ingin mengambil hati atasan. Dengan harapan, mereka dapat meningkatkan status posisi mereka dalam perusahaan. Namun, jika semua itu tidak ada balasannya, para bawahan akan menjelek- jelekan atasannya. Persoalan itu sudah biasa di dalam kantor. Karena dalam suatu organisasi tidak mungkin lepas dengan adanya konflik.
Kepemimpinan Kharismatik
Karisma merupakan sebuah atribusi yang berasal dari proses interaktif antara pemimpin dan para pengikut. Atribut-atribut karisma antara lain rasa percaya diri, keyakinan yang kuat, sikap tenang, kemampuan berbicara dan yang lebih penting adalah bahwa atribut-atribut dan visi pemimpin tersebut relevan dengan kebutuhan para pengikut.
Teori kepemimpinan karismatik dari House menekankan kepada identifikasi pribadi, pembangkitan motivasi oleh pemimpin dan pengaruh pemimpin terhadap tujuan- tujuan dan rasa percaya diri para pengikut. Teori atribusi tentang karisma lebih menekankan kepada identifikasi pribadi sebagai proses utama mempengaruhi dan internalisasi sebagai proses sekunder. Teori konsep diri sendiri menekankan internalisasi nilai, identifikasi sosial dan pengaruh pimpinan terhadap kemampuan diri dengan hanya memberi peran yang sedikit terhadap identifikasi pribadi. Sementara itu, teori penularan sosial menjelaskan bahwa perilaku para pengikut dipengaruhi oleh pemimpin tersebut mungkin melalui identifikasi pribadi dan para pengikut lainnya dipengaruhi melalui proses penularan sosial. Pada sisi lain, penjelasan psikoanalitis tentang karisma memberikan kejelasan kepada kita bahwa pengaruh dari pemimpin berasal dari identifikasi pribadi dengan pemimpin tersebut.
Karisma merupakan sebuah fenomena. Ada beberapa pendekatan yang dapat digunakan oleh seorang pemimpin karismatik untuk merutinisasi karisma walaupun sukar untuk dilaksanakan. Kepemimpinan karismatik memiliki dampak positif maupun negatif terhadap para pengikut dan organisasi.
Contoh tokoh yang memiliki kepemimpinan kharismatik adalah Bung Karno
Gaya Kepemimpinan Transformasional (Transformational leadership)
________________________________________
Pencapaian tujuan perusahaan dan tujuan karyawan secara sekaligus merupakan tugas yang tidak mudah. Hal ini sangat perlu diperhatikan, karena efektivitas dari seorang pemimpin diukur dari kinerja dan pertumbuhan organisasi yang dipimpinnya serta kepuasan pengikut terhadap pemimpinannya. Oleh sebab itu, seorang pemimpin harus dapat mempengaruhi pengikutnya untuk menerima permintaannya tanpa menggunakan paksaan sehingga bawahan secara sukarela akan berperilaku dan berkinerja sesuai tuntutan organisasi melalui arahan pemimpinnya.

Untuk dapat mempengaruhi perilaku dan kinerja pengikutnya, diperlukan suatu gaya atau perilaku kepemimpinan tertentu. Dimana gaya kepemimpinan yang dimiliki oleh seorang pemimpin di perusahaan yang satu dengan yang lain tidak ada persamaan, jika ada persamaan barangkali dari sisi yang satu saja, sedangkan sisi yang lain terdapat perbedaan-perbedaan.

Leadership atau kepemimpinan merupakan proses mengarahkan dan mempengaruhi aktivitas yang berkaitan dengan pekerjaan dari anggota kelompok. Menurut Hersey dan Blanchard, kepemimpinan adalah proses mempengaruhi kegiatan individu atau kelompok dalam usaha untuk mencapai tujuan dalam situasi tertentu. Kepemimpinan adalah gaya seorang pemimpin mempengaruhi bawahannya, agar mau bekerjasama dan bekerja efektif sesuai dengan perintahnya.

Gaya kepemimpinan inilah yang menyebakan seseorang dipilih sebagai pemimpin atau manajer, sebab hal ini sangat berhubungan erat dengan tujuan perusahaan yang dicapai, jenis-jenis kegiatan yang harus dipimpin, karakteristik para tenaga kerja, motif, usaha dan lain-lain. Menurut Stoner istilah gaya kepemimpinan atau style leadership adalah : berbagai pola tingkah laku yang disukai oleh pemimpin dalam proses ikut mengarahkannya.

Salah satu teori agen perubahan yang paling komperehensif adalah teori kepemimpinan transformasional yang dikembangkan pertama kali oleh James MacGregor Burns dalam konteks politik. Teori selanjutnya disempurnakan dan diperkenalkan ke dalam konteks organisasional oleh Bernard Bass.

Pada dasarnya teori kepemimpinan transformasional menekankan pentingnya seorang pemimpin menciptakan visi dan lingkungan yang memotivasi para bawahan untuk berprestasi melampaui harapan. Dalam hal ini, para bawahan merasa percaya, kagum, loyal, dan hormat kepada pemimpinnya, sehingga mereka termotivasi untuk melakukan lebih dari apa yang di harapkan mereka. Bahkan tidak jarang melampaui apa yang mereka perkirakan dapat mereka lakukan. Model kepemimpinan yang ini didasarkan lebih pada upaya pemimpin untuk mengubah berbagai nilai, keyakinan, dan kebutuhan bawahan.
Jelaskan mengenai teori kebutuhan Maslow?



Berikut ini adalah lima kebutuhan dasar Maslow yang disusun berdasarkan kebutuhan yang paling penting hingga kebutuhan yang tidak terlalu krusial :
• Kebutuhan Fisiologis
Contohnya adalah sandang (pakaian), pangan (makanan), papan (rumah) dan kebutuhan biologis seperti buang air besar, buang air kecil, bernafas dan lainnya.
• Kebutuhan Keamanan dan Keselamatan
Contohnya seperti bebas dari penjajahan, bebas dari ancaman, bebas dari rasa sakit, bebas dari terror, dan lain sebagainya.
• Kebutuhan Sosial
Contohnya adalah memiliki teman, memiliki keluarga, kebutuhan cinta dari lawan jenis.
• Kebutuhan Penghargaan
Contohnya adalah pujian, piagam, tanda jasa, hadiah.
• Kebutuhan Aktualisasi Diri
Adalah kebutuhan dan keinginan untuk bertindak sesuka hati sesuai dengan bakat dan minatnya.


Sebutkan dan jelaskan faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang terhadap suatu obyek?

1. Faktor dalam diri si pengarti merupakan pandangan yang yang muncul dari dalam diri si pengarti ketika melihat atau memperhatikan suatu obyek tertentu. Termasuk didalamnya sikap – sikap, motif – motif minat – minat, pengalaman dan harapan.
2. Faktor – faktor dalam situasi merupakan situasi yang mempengaruhi seseorang dalam menentukan sebuah persepsi. Termasuk diantaranya waktu, keadaan kerja dan keadaan social.
3. Faktor dalam diri target merupakan sesuatu yang muncul dari suatu obyek yang dapat mempengaruhi seseorang dalam menetukan persepsinya. Termasuk didalamnya sesuatu yang baru, gerakan, suara, ukuran, latar belakang, kedekatan dan kemiripan.

Jelaskan Mengenai Teori Atribusi?

Ada tiga teori atribusi yaitu :
1. Theory of Correspondent Inference (Edward Jones dan Keith Davis) : apabila perilaku berhubungan dengan sikap atau karakteristik personal, berarti dengan melihat perilakunya dapat diketahui dengan pasti sikap atau karakteristik orang tersebut. Hubungan yang demikian adalah hubungan yang dapat disimpulkan (Correspondent Inference). Bagaimana mengetahui bahwa perilaku berhubungan dengan karakteristiknya?
• Dengan melihat kewajaran perilaku. Orang yang bertindak wajar sesuai dengan keinginan masyarakat, sulit untuk dikatakan bahwa tindakannya itu cerminan dari karakternya.
• Pengamatan terhadap perilaku yang terjadi pada situasi yang memunculkan beberapa pilihan.
• Memberikan peran berbeda dengan peran yang sudah biasa dilakukan. Misalnya, seorang juru tulis diminta menjadi juru bayar. Dengan peran yang baru akan tampak keaslian perilaku yang merupakan gambaran dari karakternya.
2. Model of Scientific Reasoner (Harold Kelley, 1967, 1971) : Harold Kelley mengajukan konsep untuk memahami penyebab perilaku seseorang dengan memandang pengamat seperti ilmuwan, disebut ilmuwan naïf. Untuk sampai pada suatu kesimpulan atribusi seseorang, diperlukan tiga informasi penting. Masing – masing informasi juga harus menggambarkan tinggi – rendahnya. Tiga informasi tersebut adalah :
• Distinctiveness : konsep ini merujuk kepada bagaimana seseorang berperilaku pada kondisi yang berbeda – beda. Distinctiveness yang tinggi terjadi apabila orang yang bersangkutan mereaksi secara khusus pada suatu peristiwa. Sedangkan Distinctiveness yang rendah terjadi apabila seseorang merespon sama terhadap stimulus yang berbeda.
• Konsistensi : hal ini merujuk pada pentingnya waktu sehubungan dengan suatu peristiwa. Konsistensi dikatakan tinggi apabila seseorang merespon sama untuk stimulus yang sama pada waktu yang berbeda. Apabila responnya tidak menentu maka seseorang dikatakan konsistensinya rendah.
• Konsensus : apabila orang lain tidak bereaksi sama dengan seseorang, berarti konsensusnya rendah, begitupun sebaliknya. Selain itu konsep tentang konsensus selalu melibatkan orang lain sehubungan dengan stimulus yang sama.
Dari tiga informasi diatas, dapat ditentukan atribusi pada seseorang. Menurut Kelley ada tiga atribusi. Pertama adalah atribusi internal, dikatakan perilaku seseorang merupakan gambaran dari karakternya bila distinctivenessnya rendah, konsensusnya rendah dan konsistensinya tinggi. Kedua adalah atribusi eksternal, dikatakan demikian apabila ditandai dengan distinctiveness yang tinggi, konsensus tinggi dan konsistensi juga tinggi. Ketiga adalah atribusi internal – eksternal, hal ini ditandai dengan distinctiveness yang tinggi, konsensus rendah dan konsistensi tinggi.
3. Konsensus (Weiner) : ada dua macam dimensi pokok yaitu keberhasilan dan kagagalan memiliki penyebab internal atau eksternal. Kemudian stabilitas penyebab, stabil atau tidak stabil.

Jelaskan mengenai langkah – langkah pengambilan keputusan rasional?

Pengambilan keputusan yang optimal merupakan pengambilan keputusan yang rasional dimana seorang individu membuat pilihan dengan memaksimalkan nilai yang konsisten dalam batas tertentu. Langkah – langkah pengambilan keputusan adalah sebagai berikut :
• Mendefinisikan masalah
Langkah pertama dalam pengambilan keputusan adalah mengenali masalah yang ada. Suatu masalah timbul apabila ada perbedaan antara keinginan yang ditetapkan dengan keadaan yang sesungguhnya terjadi. Adanya perbedaan ini tidak menjamin bahwa seseorang akan langsung membuat keputusan untuk menyelesaikan masalah. Pertama, orang itu harus mengetahui perbedaan sebelum mulai mencari pemecahan masalah. Kedua, orang tersebut harus termotivasi untuk mengurangi perbedaan. Ketiga, orang tersebut harus memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk menyelesaikan masalah.
• Mengidentifikasi kriteria keputusan
Kriteria keputusan adalah ukuran dasar yang digunakan untuk menuntun pertimbangan dan keputusan. Semakin banyak ditemukan kriteria yang memungkinkan untuk memecahkan masalah, maka semakin baik pemecahan masalahnya.
• Menimbang kriteria
Setelah mengetahui kriteria keputusan, langkah berikutnya adalah memutuskan criteria mana yang lebih penting atau kurang penting.
• Membuat alternatif pilihan tindakan
Setelah mengenali dan menimbangi criteria keputusan, langkah berikutnya adalah mengenali pilihan tindakan yang mungkin dapat memecahkan masalah. Pada langkah ini, pemikirannya adalah untuk menyusun sebanyak mungkin alternatif.
• Mengevaluasi setiap alternatif
Langkah berikutnya adalah secara sistematis mengevaluasi tiap-tiap alternatif terhadap masing-masing patokan. Karena sejumlah informasi harus dikumpulkan, langkah ini memakan waktu jauh lebih lama dan lebih mahal dari langkah lain dalam proses pengambilan keputusan. Kemudian, pada saat informasi telah terkumpul, dapat dipergunakan untuk mengevaluasi setiap alternatif terhadap setiap patokan. Karena sejumlah informasi harus dikumpulkan, langkah ini membutuhkan waktu jauh lebih lama dan lebih mahal dari langkah lain dalam proses pengambilan keputusan. Kemudian, pada saat informasi telah terkumpul, dapat dipergunakan untuk mengevaluasi setiap alternatif terhadap setiap patokan.
• Memperkirakan keputusan yang paling optimal
Langkah terakhir dalam proses pengambilan keputusan adalah memperkirakan keputusan yang paling optimal dengan menentukan nilai optimal setiap alternatif.
Nama : Bernando Sihotang
NPM : 009600004
Prodi : D-3 Manajemen Pemasaran IM Telkom

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Membuat keputusan artinya membuat pilihan-pilihan dari beberapa alternatif. . Oleh karena itu, pembuatan keputusan individual merupakan satu bagian penting dari perilaku organisasi. Tetapi bagaimana para individu dalam organisasi membuat berbagai keputusan dan kualitas dari pilihan-pilihan akhir mereka sangat dipengaruhi oleh persepsi-persepsi mereka. Pembuatan keputusan timbul sebagai reaksi atas sebuah masalah. Artinya tidak adanya kesesuaian antara keadaan sebenarnya dengan keadaan yang diinginkan, yang membutuhkan pertimbangan untuk membuat beberapa tindakan alternative.
Setiap keputusan membutuhkan interprestasi dan evaluasi informasi. Biasanya, data diperoleh dari banyak sumber dan data-data tersebut harus disaring, diproses, dan diinterprestasikan. Misalnya data mana yang relevan dengan keputusan tersebut dan data mana yang tidak relevan. Persepsi-persepsi dari pembuat keputusan akan menjawab keputusan tersebut. Berbagai alternative akan dikembangkan, serta kelebihan dan kekurangan dari setiap alternative harus dievaluasi. Proses penginterpretasian dari pembuat keputusan individual memiliki hubungan yang besar dengan hasil akhir dalam hal ini adalah pengaruh terhadap analisis dan kesimpulan.



Bagaimana Seharusnya Keputusan itu di buat..
pengambilan keputusan merupakan salah satu hal mendasar dalam organisasi bahkan dalam kehidupan. Keputusan itu diambil dari berbagai alternatif pilihan yang ada. Jika keputusn yang diambil itu tepat maka akan memberikan hasil yang baik atau sebaliknya, jika keputusan yang diambil salah maka akan memberikan hasil yang tidak baik. Dalam pengambilan keputusan ini ada beberapa proses yang harus dilalui hingga akhirnya keputusan yang terbaik itu diambil.


Langkah-langkah Pengambilan keputusan rasional.

1.Menetapkan Tujuan
Pengambil keputusan menetapkan tujuan yang akan dicapai sehingga tahu kendala-kendala apa yang muncul yang dapat menghambat tujuan tersebut dicapai. Tujuan yang ditentukan dapat berupa tujuan yang spesifik dan dapat diukur ataupun tujuan yang bersifat umum.

2.Mengidentifikasi permasalahan
Permasalahan merupakan kondisi dimana adanya ketidaksamaan antara kenyataan dengan apa yang diharapkan. Permasalahan perlu untuk diidentifikasi agar dapat menemukan jalan keluar untuk mengatasi permasalahan tersebut. Jika penyebab dari permasalahan ini tidak dapat diidentifikasi dengan baik, maka permasalahan yang muncul tidak dapat diatasi dengan baik pula. Ada 3 kesalahan yang sering dilakukan di dalam mengidentifikasi masalah, yaitu :
a. Mengabaikan permasalahan
Kadang sulit untuk menentukan suatu keadaan yang tidak baik sebagai suatu permasalahan. Dalam hal ini memang dibutuhkan suatu ketrampilan khusus atau pengalaman untuk bisa menentukan bahwa kondisi tidak baik tersebut merupakan masalah atau tidak.
b.Pemusatan terhadap gejala
Pemecahan masalah tidak sampai ke akar-akarnya tetapi hanya berkutat pada gejala yang ada. Padahal gejala yang muncul seringkali bukan merupakan sumber dari masalah tersebut. Dari sini bisa disimpulkan bahwa masalah tidak teridentifikasi dengan baik dan keputusan yang diambil pun tentunya kurang tepat.
c. Melindungi diri
Hal ini berkaitan erat dengan seorang pemimpin atau pengambil keputusan. Kadang jika informasi yang didapat mengenai suatu masalah menyangkut pimpinan, pimpinan tersebut berusaha untuk melindungi dirinya dengan merusak informasi yang ada. Misalnya banyak karyawan yang keluar dari suatu perusahaan atau organisasi dengan alasan pimpinan yang terlalu otoriter, pimpinan tidak mau menyadari atau menerima bahwa sebenarnya sumber masalahnya adalah dirinya.

3. Mengembangkan sejumlah alternatif
Setelah masalah teridentifikasi maka yang selanjutnya dilakukan adalah mengembangkan sejumlah alternatif untuk menyelesaikan masalah. Para pengambil keputusan harus mampu mengkaji semua alternatif pemecahan masalah yang potensial. Maka dari itu dibutuhkan kemampuan untuk dapat menganalisa sebanyak-banyaknya informasi yang didapat, baik informasi dari intern maupun informasi dari ekstern.

4. Penilaian dan pemilihan alternatif
Setelah mendapatkan beberapa alternatif pemecahan masalah, selanjutnya yang dilakukan adalah menilai alternatif-alternatif tersebut dan memilih alternatif mana yang terbaik untuk memecahkan masalah. Alternatif yang terbaik adalah dalam hubungannya dengan sasaran atau tujuan yang ingin dicapai.

5. Melaksanakan keputusan
Setelah keputusan ditetapkan maka kemudian keputusan tersebut harus dilakukan. Sekalipun keputusan yang diambil adalah keputusan yang dianggap terbaik, tidak menutup kemungkinan kegagalan itu terjadi karena sering kali penerapan yang dilakukan tidak tepat. Jadi seharusnya antara keputusan dan kemampuan kerja harus seimbang agar kaputusan yang diambil bisa dikerjakan dengan maksimal sehingga hasilnya pun maksimal

6. Evaluasi dan pengendalian
Setelah keputusan diterapkan, pengambil keputusan tidak dapat begitu saja menganggap bahwa hasil yang diinginkan dapat dicapai tetapi harus tetap mengadakan evaluasi dan pengendalian. Biasanya didalam mengerjakan keputusan masalah yang ada akan muncul kembali. Disini pengambil keputusan harus mengambil keputusan yang lain atau melakukan koreksi terhadap keputusan yang lama.
Kesalahan-kesalahan dalam pengambilan keputusan:
• Rasionalitas yang Dibatasi, membuat keputusan dengan membuat berbagai model sederhana yang menggali fitur dasar dari masalah tanpa mendapatkan semua kerumitannya.
Salah satu aspek yang lebih menarik dari rasionalitas yang dibatasi adalah susunan dari alternatif-alternatif yang dianggap penting dalam menentukan alternatif-alternatif yang dipilih.
• Bias Kepercayaan Diri yang Berlebih, dari sudut pandang organisasional, salah satu penemuan yang lebih menarik terkait kepercayaan diri berlebih lemah kemungkinan besar menaksir kinerja dan kemampuan mereka terlalu tinggi. Kepercayaan diri yang berlebih kemungkinan besar muncul ketika anggota-anggota organisasional mempertimbangkan isu-isu atau masalah-masalh yang berbeda di luar bidang keahlian mereka.
• Bias Jangkar, adalah kecendrungan untuk sangat tertarik dengan informasi awal, dari mana kita kemudian gagal menyesuaikan diri dengan baik untuk informasi yang berikutnya. Jadi, kesan, ide, imbalan, dan perkiraan awal membawa bobot yang tidak semestinya sehubungan dengan informasi yang akan diterima nantinya. Contoh kasusunya, ketika seseorang calon pemberi kerja menanyakan berapa banyak bayaran Anda dalam pekerjaan Anda sebelumnya, jawaban Anda biasanya menentukan penawaran pemberi kerja.
• Bias konfirmasi, kecendrungan untuk mencari informasi yang menguatkan pilihan-pilihan masa lalu dan mengabaikan informasi yang bertentangan dengan penilaian-penilaian masa lalu. Kita cenderung begitu menerima informasi yang menguatkan pandangan-pandangan yang telah terbentuk sebelumnya. Bias konfirmasi ini memengaruhi ke mana kita pergi untuk mengumpulkan bukti karena kita cenderung mencari tempat-tempat yang kemungkinan besar akan member tahu apa yang ingin kita dengar.
• Bias Ketersediaan, kecendrungan individu mendasarkan penilaian mereka pada informasi yang sudah tersedia bagi mereka. Peristiwa yang memicu emosi, yang sangat nyata, atau yang terjadi baru-baru ini cenderung lebih berada dalam ingatan kita. Akibatnya, kita cenderung manaksir terlalu tinggi peristiwa-peristiwa yang kurang mungkin terjadi, seperti kecelakaan pesawat terbang.
• Bias Respresentatif, menilai kemungkinan satu kejadian dengan menggangap situasi saat ini sama seperti situasi di masa lalu. Misalnya, para manajer sering kali memprediksi kinerja sebuah produk baru dengan mengaitkannya denagn keberhasilan produk yang sama sebelumnya.
• Peningkatan Komitmen, komitmen yang meningkat untuk sebuah keputusan meskipun terdapat informasi negatif. Peningkatan komitmen memiliki implikasi yang nyata terhadap keputusan-keputusan manajerial. Manajer yang efektif adalah menajer yang bisa membedakan antara situasi di mana ketekunan akan memberikan hasil dan situasi si mana ketekunan tidak akan memberikan hasil.
• Kesalahan yang Tidak Disengaja, kecendrungan individu untuk percaya bahwa mereka bisa memprediksi hasil dari peristiwa-peristiwa yang tidak disengaja. Pembuatan keputusan menjadi terganggu ketika kita berusaha mengartikan peristiwa-peristiwa yang tidak disengaja adalah ketika kita mengubah pola imajiner manjadi tahayul.
• Kutukan Pemenang, proses pembuatan keputusan yang memperlihatkan bahwa pertisipan yang menang dalam sebuah lelang biasanya membayar terlalu tinggi untuk barang yang dimenangkan. Kutukan pemenang muncul dalam tawar-menawar yang kompetitif. Kutukan pemenang menjadi lebih kuat ketika jumlah penawar meningkat. Ini karena semakin banyak penawar, semakin besar kemungkinan beberapa dari mereka sangat meninggikan nilai barang tersebut. Jadi, berhati-hatilah dengan lelang di mana sejumlah besar penawar terlibat.
• Bias Peninjauan Kembali, kecendrungan kita untuk pura-pura yakin bahwa kita telah memprediksi hasil dari sebuah peristiwa secara akurat, setelah hasil itu benar-benar diketahui. Contohnya, semakin banyak individu yang sepertinya telah yakin akan siapa yang memenangkan Super Bowl pada hari setelah pertandingan bila dibandingkan individu yang yakin akan hal itu pada hari sebelum pertandingan. Bias peninjaun kembali mengurangi kemampuan kita untuk belajar dari masa lalu. Hal ini memungkinkan kita untuk berpikir bahwa kita lebih baik dalm membuat prediksi daripada yang sebenarnya dan bisa menjadikan kita lebih yakin akan akurasi keputusan di masa mendatang.
Jelaskan mengenai teori kebutuhan Maslow?



Berikut ini adalah lima kebutuhan dasar Maslow yang disusun berdasarkan kebutuhan yang paling penting hingga kebutuhan yang tidak terlalu krusial :
• Kebutuhan Fisiologis
Contohnya adalah sandang (pakaian), pangan (makanan), papan (rumah) dan kebutuhan biologis seperti buang air besar, buang air kecil, bernafas dan lainnya.
• Kebutuhan Keamanan dan Keselamatan
Contohnya seperti bebas dari penjajahan, bebas dari ancaman, bebas dari rasa sakit, bebas dari terror, dan lain sebagainya.
• Kebutuhan Sosial
Contohnya adalah memiliki teman, memiliki keluarga, kebutuhan cinta dari lawan jenis.
• Kebutuhan Penghargaan
Contohnya adalah pujian, piagam, tanda jasa, hadiah.
• Kebutuhan Aktualisasi Diri
Adalah kebutuhan dan keinginan untuk bertindak sesuka hati sesuai dengan bakat dan minatnya.


Sebutkan dan jelaskan faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang terhadap suatu obyek?

1. Faktor dalam diri si pengarti merupakan pandangan yang yang muncul dari dalam diri si pengarti ketika melihat atau memperhatikan suatu obyek tertentu. Termasuk didalamnya sikap – sikap, motif – motif minat – minat, pengalaman dan harapan.
2. Faktor – faktor dalam situasi merupakan situasi yang mempengaruhi seseorang dalam menentukan sebuah persepsi. Termasuk diantaranya waktu, keadaan kerja dan keadaan social.
3. Faktor dalam diri target merupakan sesuatu yang muncul dari suatu obyek yang dapat mempengaruhi seseorang dalam menetukan persepsinya. Termasuk didalamnya sesuatu yang baru, gerakan, suara, ukuran, latar belakang, kedekatan dan kemiripan.

Jelaskan Mengenai Teori Atribusi?

Ada tiga teori atribusi yaitu :
1. Theory of Correspondent Inference (Edward Jones dan Keith Davis) : apabila perilaku berhubungan dengan sikap atau karakteristik personal, berarti dengan melihat perilakunya dapat diketahui dengan pasti sikap atau karakteristik orang tersebut. Hubungan yang demikian adalah hubungan yang dapat disimpulkan (Correspondent Inference). Bagaimana mengetahui bahwa perilaku berhubungan dengan karakteristiknya?
• Dengan melihat kewajaran perilaku. Orang yang bertindak wajar sesuai dengan keinginan masyarakat, sulit untuk dikatakan bahwa tindakannya itu cerminan dari karakternya.
• Pengamatan terhadap perilaku yang terjadi pada situasi yang memunculkan beberapa pilihan.
• Memberikan peran berbeda dengan peran yang sudah biasa dilakukan. Misalnya, seorang juru tulis diminta menjadi juru bayar. Dengan peran yang baru akan tampak keaslian perilaku yang merupakan gambaran dari karakternya.
2. Model of Scientific Reasoner (Harold Kelley, 1967, 1971) : Harold Kelley mengajukan konsep untuk memahami penyebab perilaku seseorang dengan memandang pengamat seperti ilmuwan, disebut ilmuwan naïf. Untuk sampai pada suatu kesimpulan atribusi seseorang, diperlukan tiga informasi penting. Masing – masing informasi juga harus menggambarkan tinggi – rendahnya. Tiga informasi tersebut adalah :
• Distinctiveness : konsep ini merujuk kepada bagaimana seseorang berperilaku pada kondisi yang berbeda – beda. Distinctiveness yang tinggi terjadi apabila orang yang bersangkutan mereaksi secara khusus pada suatu peristiwa. Sedangkan Distinctiveness yang rendah terjadi apabila seseorang merespon sama terhadap stimulus yang berbeda.
• Konsistensi : hal ini merujuk pada pentingnya waktu sehubungan dengan suatu peristiwa. Konsistensi dikatakan tinggi apabila seseorang merespon sama untuk stimulus yang sama pada waktu yang berbeda. Apabila responnya tidak menentu maka seseorang dikatakan konsistensinya rendah.
• Konsensus : apabila orang lain tidak bereaksi sama dengan seseorang, berarti konsensusnya rendah, begitupun sebaliknya. Selain itu konsep tentang konsensus selalu melibatkan orang lain sehubungan dengan stimulus yang sama.
Dari tiga informasi diatas, dapat ditentukan atribusi pada seseorang. Menurut Kelley ada tiga atribusi. Pertama adalah atribusi internal, dikatakan perilaku seseorang merupakan gambaran dari karakternya bila distinctivenessnya rendah, konsensusnya rendah dan konsistensinya tinggi. Kedua adalah atribusi eksternal, dikatakan demikian apabila ditandai dengan distinctiveness yang tinggi, konsensus tinggi dan konsistensi juga tinggi. Ketiga adalah atribusi internal – eksternal, hal ini ditandai dengan distinctiveness yang tinggi, konsensus rendah dan konsistensi tinggi.
3. Konsensus (Weiner) : ada dua macam dimensi pokok yaitu keberhasilan dan kagagalan memiliki penyebab internal atau eksternal. Kemudian stabilitas penyebab, stabil atau tidak stabil.

Jelaskan mengenai langkah – langkah pengambilan keputusan rasional?

Pengambilan keputusan yang optimal merupakan pengambilan keputusan yang rasional dimana seorang individu membuat pilihan dengan memaksimalkan nilai yang konsisten dalam batas tertentu. Langkah – langkah pengambilan keputusan adalah sebagai berikut :
• Mendefinisikan masalah
Langkah pertama dalam pengambilan keputusan adalah mengenali masalah yang ada. Suatu masalah timbul apabila ada perbedaan antara keinginan yang ditetapkan dengan keadaan yang sesungguhnya terjadi. Adanya perbedaan ini tidak menjamin bahwa seseorang akan langsung membuat keputusan untuk menyelesaikan masalah. Pertama, orang itu harus mengetahui perbedaan sebelum mulai mencari pemecahan masalah. Kedua, orang tersebut harus termotivasi untuk mengurangi perbedaan. Ketiga, orang tersebut harus memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk menyelesaikan masalah.
• Mengidentifikasi kriteria keputusan
Kriteria keputusan adalah ukuran dasar yang digunakan untuk menuntun pertimbangan dan keputusan. Semakin banyak ditemukan kriteria yang memungkinkan untuk memecahkan masalah, maka semakin baik pemecahan masalahnya.
• Menimbang kriteria
Setelah mengetahui kriteria keputusan, langkah berikutnya adalah memutuskan criteria mana yang lebih penting atau kurang penting.
• Membuat alternatif pilihan tindakan
Setelah mengenali dan menimbangi criteria keputusan, langkah berikutnya adalah mengenali pilihan tindakan yang mungkin dapat memecahkan masalah. Pada langkah ini, pemikirannya adalah untuk menyusun sebanyak mungkin alternatif.
• Mengevaluasi setiap alternatif
Langkah berikutnya adalah secara sistematis mengevaluasi tiap-tiap alternatif terhadap masing-masing patokan. Karena sejumlah informasi harus dikumpulkan, langkah ini memakan waktu jauh lebih lama dan lebih mahal dari langkah lain dalam proses pengambilan keputusan. Kemudian, pada saat informasi telah terkumpul, dapat dipergunakan untuk mengevaluasi setiap alternatif terhadap setiap patokan. Karena sejumlah informasi harus dikumpulkan, langkah ini membutuhkan waktu jauh lebih lama dan lebih mahal dari langkah lain dalam proses pengambilan keputusan. Kemudian, pada saat informasi telah terkumpul, dapat dipergunakan untuk mengevaluasi setiap alternatif terhadap setiap patokan.
• Memperkirakan keputusan yang paling optimal
Langkah terakhir dalam proses pengambilan keputusan adalah memperkirakan keputusan yang paling optimal dengan menentukan nilai optimal setiap alternatif.

Perilaku Organisasi

Nama  : Bernando Sihotang

NPM    : 009600004

Prodi   : D-3 Manajemen Pemasaran IM Telkom

 

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN


Membuat keputusan artinya membuat pilihan-pilihan dari beberapa alternatif. . Oleh karena itu, pembuatan keputusan individual merupakan satu bagian penting dari perilaku organisasi. Tetapi bagaimana para individu dalam organisasi membuat berbagai keputusan dan kualitas dari pilihan-pilihan akhir mereka sangat dipengaruhi oleh persepsi-persepsi mereka. Pembuatan keputusan timbul sebagai reaksi atas sebuah masalah. Artinya tidak adanya kesesuaian antara keadaan sebenarnya dengan keadaan yang diinginkan, yang membutuhkan pertimbangan untuk membuat beberapa tindakan alternative.
Setiap keputusan membutuhkan interprestasi dan evaluasi informasi. Biasanya, data diperoleh dari banyak sumber dan data-data tersebut harus disaring, diproses, dan diinterprestasikan. Misalnya data mana yang relevan dengan keputusan tersebut dan data mana yang tidak relevan. Persepsi-persepsi dari pembuat keputusan akan menjawab keputusan tersebut. Berbagai alternative akan dikembangkan, serta kelebihan dan kekurangan dari setiap alternative harus dievaluasi. Proses penginterpretasian dari pembuat keputusan individual memiliki hubungan yang besar dengan hasil akhir dalam hal ini adalah pengaruh terhadap analisis dan kesimpulan.

 

 

Bagaimana Seharusnya Keputusan itu di buat..

pengambilan keputusan merupakan salah satu hal mendasar dalam organisasi bahkan dalam kehidupan. Keputusan itu diambil dari berbagai alternatif pilihan yang ada. Jika keputusn yang diambil itu tepat maka akan memberikan hasil yang baik atau sebaliknya, jika keputusan yang diambil salah maka akan memberikan hasil yang tidak baik. Dalam pengambilan keputusan ini ada beberapa proses yang harus dilalui hingga akhirnya keputusan yang terbaik itu diambil.

 

 

Langkah-langkah Pengambilan keputusan rasional.


1.Menetapkan Tujuan
Pengambil keputusan menetapkan tujuan yang akan dicapai sehingga tahu kendala-kendala apa yang muncul yang dapat menghambat tujuan tersebut dicapai. Tujuan yang ditentukan dapat berupa tujuan yang spesifik dan dapat diukur ataupun tujuan yang bersifat umum.

2.Mengidentifikasi permasalahan
Permasalahan merupakan kondisi dimana adanya ketidaksamaan antara kenyataan dengan apa yang diharapkan. Permasalahan perlu untuk diidentifikasi agar dapat menemukan jalan keluar untuk mengatasi permasalahan tersebut. Jika penyebab dari permasalahan ini tidak dapat diidentifikasi dengan baik, maka permasalahan yang muncul tidak dapat diatasi dengan baik pula. Ada 3 kesalahan yang sering dilakukan di dalam mengidentifikasi masalah, yaitu :
a. Mengabaikan permasalahan
Kadang sulit untuk menentukan suatu keadaan yang tidak baik sebagai suatu permasalahan. Dalam hal ini memang dibutuhkan suatu ketrampilan khusus atau pengalaman untuk bisa menentukan bahwa kondisi tidak baik tersebut merupakan masalah atau tidak.
b.Pemusatan terhadap gejala
Pemecahan masalah tidak sampai ke akar-akarnya tetapi hanya berkutat pada gejala yang ada. Padahal gejala yang muncul seringkali bukan merupakan sumber dari masalah tersebut. Dari sini bisa disimpulkan bahwa masalah tidak teridentifikasi dengan baik dan keputusan yang diambil pun tentunya kurang tepat.
c. Melindungi diri
Hal ini berkaitan erat dengan seorang pemimpin atau pengambil keputusan. Kadang jika informasi yang didapat mengenai suatu masalah menyangkut pimpinan, pimpinan tersebut berusaha untuk melindungi dirinya dengan merusak informasi yang ada. Misalnya banyak karyawan yang keluar dari suatu perusahaan atau organisasi dengan alasan pimpinan yang terlalu otoriter, pimpinan tidak mau menyadari atau menerima bahwa sebenarnya sumber masalahnya adalah dirinya.

3. Mengembangkan sejumlah alternatif
Setelah masalah teridentifikasi maka yang selanjutnya dilakukan adalah mengembangkan sejumlah alternatif untuk menyelesaikan masalah. Para pengambil keputusan harus mampu mengkaji semua alternatif pemecahan masalah yang potensial. Maka dari itu dibutuhkan kemampuan untuk dapat menganalisa sebanyak-banyaknya informasi yang didapat, baik informasi dari intern maupun informasi dari ekstern.

4. Penilaian dan pemilihan alternatif
Setelah mendapatkan beberapa alternatif pemecahan masalah, selanjutnya yang dilakukan adalah menilai alternatif-alternatif tersebut dan memilih alternatif mana yang terbaik untuk memecahkan masalah. Alternatif yang terbaik adalah dalam hubungannya dengan sasaran atau tujuan yang ingin dicapai.

5. Melaksanakan keputusan
Setelah keputusan ditetapkan maka kemudian keputusan tersebut harus dilakukan. Sekalipun keputusan yang diambil adalah keputusan yang dianggap terbaik, tidak menutup kemungkinan kegagalan itu terjadi karena sering kali penerapan yang dilakukan tidak tepat. Jadi seharusnya antara keputusan dan kemampuan kerja harus seimbang agar kaputusan yang diambil bisa dikerjakan dengan maksimal sehingga hasilnya pun maksimal

6. Evaluasi dan pengendalian
Setelah keputusan diterapkan, pengambil keputusan tidak dapat begitu saja menganggap bahwa hasil yang diinginkan dapat dicapai tetapi harus tetap mengadakan evaluasi dan pengendalian. Biasanya didalam mengerjakan keputusan masalah yang ada akan muncul kembali. Disini pengambil keputusan harus mengambil keputusan yang lain atau melakukan koreksi terhadap keputusan yang lama.

Kesalahan-kesalahan dalam pengambilan keputusan:

·         Rasionalitas yang Dibatasi, membuat keputusan dengan membuat berbagai model sederhana yang menggali fitur dasar dari masalah tanpa mendapatkan semua kerumitannya.

Salah satu aspek yang lebih menarik dari rasionalitas yang dibatasi adalah susunan dari alternatif-alternatif yang dianggap penting dalam menentukan alternatif-alternatif yang dipilih.

·         Bias Kepercayaan Diri yang Berlebih, dari sudut pandang organisasional, salah satu penemuan yang lebih menarik terkait kepercayaan diri berlebih  lemah kemungkinan besar menaksir kinerja dan kemampuan mereka terlalu tinggi. Kepercayaan diri yang berlebih kemungkinan besar muncul ketika anggota-anggota organisasional mempertimbangkan isu-isu atau masalah-masalh yang berbeda di luar bidang keahlian mereka.

·         Bias Jangkar,  adalah kecendrungan untuk sangat tertarik dengan informasi awal, dari mana kita kemudian gagal menyesuaikan diri dengan baik untuk informasi yang berikutnya. Jadi, kesan, ide, imbalan, dan perkiraan awal membawa bobot yang tidak semestinya sehubungan dengan informasi yang akan diterima nantinya. Contoh kasusunya, ketika seseorang calon pemberi kerja menanyakan berapa banyak bayaran Anda dalam pekerjaan Anda sebelumnya, jawaban Anda biasanya menentukan penawaran pemberi kerja.

·         Bias konfirmasi, kecendrungan untuk mencari informasi yang menguatkan pilihan-pilihan masa lalu dan mengabaikan informasi yang bertentangan dengan penilaian-penilaian masa lalu. Kita cenderung begitu menerima informasi yang menguatkan pandangan-pandangan yang telah terbentuk sebelumnya. Bias konfirmasi ini memengaruhi ke mana kita pergi untuk mengumpulkan bukti karena kita cenderung mencari tempat-tempat yang kemungkinan besar akan member tahu apa yang ingin kita dengar.

·         Bias Ketersediaan, kecendrungan individu mendasarkan penilaian mereka pada informasi yang sudah tersedia bagi mereka. Peristiwa yang memicu emosi, yang sangat nyata, atau yang terjadi baru-baru ini cenderung lebih berada dalam ingatan kita. Akibatnya, kita cenderung manaksir terlalu tinggi peristiwa-peristiwa yang kurang mungkin terjadi, seperti kecelakaan pesawat terbang.

·         Bias Respresentatif, menilai kemungkinan satu kejadian dengan menggangap situasi saat ini sama seperti situasi di masa lalu. Misalnya, para manajer sering kali memprediksi kinerja sebuah produk baru dengan mengaitkannya denagn keberhasilan produk yang sama sebelumnya.

·         Peningkatan Komitmen, komitmen yang meningkat untuk sebuah keputusan meskipun terdapat informasi negatif. Peningkatan komitmen memiliki implikasi yang nyata terhadap keputusan-keputusan manajerial. Manajer yang efektif adalah menajer yang bisa membedakan antara situasi di mana ketekunan akan memberikan hasil dan situasi si mana ketekunan tidak akan memberikan hasil.

·         Kesalahan yang Tidak Disengaja, kecendrungan individu untuk percaya bahwa mereka bisa memprediksi hasil dari peristiwa-peristiwa yang tidak disengaja. Pembuatan keputusan menjadi terganggu ketika kita berusaha mengartikan peristiwa-peristiwa yang tidak disengaja adalah ketika kita mengubah pola imajiner manjadi tahayul.

·         Kutukan Pemenang, proses pembuatan keputusan yang memperlihatkan bahwa pertisipan yang menang dalam sebuah lelang biasanya membayar terlalu tinggi untuk barang yang dimenangkan. Kutukan pemenang muncul dalam tawar-menawar yang kompetitif. Kutukan pemenang menjadi lebih kuat ketika jumlah penawar meningkat. Ini karena semakin banyak penawar, semakin besar kemungkinan beberapa dari mereka sangat meninggikan nilai barang tersebut. Jadi, berhati-hatilah dengan lelang di mana sejumlah besar penawar terlibat.

·         Bias Peninjauan Kembali, kecendrungan kita untuk pura-pura yakin bahwa kita telah memprediksi hasil dari sebuah peristiwa secara akurat, setelah hasil itu benar-benar diketahui. Contohnya, semakin banyak individu yang sepertinya telah yakin akan siapa yang memenangkan Super Bowl pada hari setelah pertandingan bila dibandingkan individu yang yakin akan hal itu pada hari sebelum pertandingan. Bias peninjaun kembali mengurangi kemampuan kita untuk belajar dari masa lalu. Hal ini memungkinkan kita untuk berpikir bahwa kita lebih baik dalm membuat prediksi daripada yang sebenarnya dan bisa menjadikan kita lebih yakin akan akurasi keputusan di masa mendatang.